Siaran Pers:
Badan Pelaksana Otorita Danau Toba
ANGKAT POTENSI WISATA DESA PARSAORAN SIBISA BPOD LAKUKAN PENDATAAN WARISAN BUDAYA
Sibisa, 12 April 2022 – Dalam rangka mengangkat potensi kawasan Danau Toba, Badan Pelaksana Otorita Danau Toba (BPODT) bersama Pemerintah dan masyarakat Desa Parsaoran Sibisa melakukan pendataan warisan budaya di desa tersebut. Pendataan dilakukam pada bulan April lalu. Kegiatan tersebut dilakukan dengan tujuan untuk melestarikan kebudayaan dan memanfaatkan warisan budaya tersebut untuk tujuan wisata dan juga untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Perlu diketahui bahwa Desa Parsaoran Sibisa merupakan tempat yang sangat bersejarah bagi beberapa marga Batak yakni: Marga Sitorus. Sirait, Butarbutar, dan Manurung (marga-marga keturunan Nairasaon) karena tempat itu pertama sekali dibuka oleh nenek moyang mereka. Hal itu dapat dibuktikan melalui makam-makam leluhur yang terdapat di tempat tersebut.
Perjalanan dari Kantor BPODT yang berlokasi di The Kaldera Toba Nomadic Escape menuju Desa Parsaoran Sibisa hanya membutuhkan waktu sekitar 10 menit.
Datu Pejel dan boru Tantan Debata….
Lokasi pertama yang dikunjungi adalah Makam Datu Pejel dan Makam boru Tantan Debata. Kedua makam ini berada di Onan Sampang. Menurut penuturan masyarakat, Datu Pejel adalah generasi ke-4 keturunan Siraja Batak. Datu Pejel digelari juga Datu Parultop, dan Ompung Parhabinsaran (di sebelah Timur) karena dialah orang pertama dari keturunan Siraja Batak yang tinggal di bagian timur. Datu Pejel memperistri Boru Tantan Debata. Dia adalah putri dari Batara Guru (Penguasa Dunia Atas).
![](https://laketoba.travel/wp-content/uploads/2022/04/IMG_7555-300x200.jpg)
Makam Datu Pejel dan Makam boru Tantan Debata juga diperkirakan telah berusia sekitar 600 tahun. Menarik menjadi perhatian adalah bahwa kedua makam suami isteri tersebut dipisahkan sebuah lembah berjarak sekitar 100 meter. Hal tersebut tidak lazim dalam tradisi Batak. Konon menurut penuturan masyarakat, bahwa terpisahnya Makam Datu Pejel dan istrinya boru Tantan Debata mempunyai cerita tersendiri.
Di Makam Datu Pejel tertulis: “Datu Pejel, anakna Narasaon” ditulis dengan huruf latin dan surat batak yang artinya: Datu Pejel mempunyai anak Narason. Di atas Makam Datu Pejel terdapat dua buah guci. Guci adalah tempat penyimpanan obat, hal ini melambangkan kesaktian Datu pejel untuk mengobati. Sekeliling makam diberi ornament Batak berwarna: merah, hitam, putih. Selain itu, terdapat sebuah bendera berwarna: merah putih, hitam. Dalam kebudayaan Batak warna merah melambangkan keberanian, warna putih melambangkan kesucian dan warna hitam melambangkan kepemimpinan.
Di samping Makam Datu Pejel terdapat sebuah rumah yang disebut dengan bale pasogit. Rumah ini unik, beratap empat dengan empat buah pintu dengan arah timur, barat, utara dan selatan, tidak seperti rumah pada umumnya yang ada di Tanah Batak. Menurut penuturan masyarakat, rumah ini digunakan sebagai tempat untuk memberi persembahan kepada Mula Jadi Nabolon dan kepada leluhur. Menurut penuturan masyarakat, pada bulan Maret lalu, mereka membuat upacara persembahan di tempat ini dalam rangka Upacara Tradisi Gohan. Bale pasogit tersebut dapat diisi sekitar 15 orang.
Sementara itu di atas Makam boru Tantan Debata terdapat dua buah cawan, hal ini melambangkan bahwa Boru Tantan Debata menciptakan obat-obatan. Di sampingnya terdapat sebuah rumah adat Batak. Rumah adat tersebut dapat diisi sekitar 15 orang. Banyak kisah dituturkan oleh masyarakat terhadap kesejarahan tempat ini.
Raja Mangatur dan Raja Mangatur Mangarerak merupakan keturunan dari Datu Pejel…
Selanjutnya pendataaan dilanjutkan lagi ke makam-makam keturunan Datu Pejel yakni: Makam Raja Mangatur dan istrinya Deak Bintang Harugasan boru Sagala, Makam Raja Mangarerak beserta istrinya Siboru Huta Hot boru Borbor dan Makam boru Similing-Iling.
Raja Mangatur, Raja Mangatur Mangarerak, dan boru Similing Iling adalah cucu dari Datu Pejel, anak dari. Menurut penjelasan masyarakat Raja Mangatur dan Raja Mangatur Mangarerak lahir bersama terbungkus bulat, karena lahir bersama, maka mereka tidak disebut abang-adik. boru Similing Iling menikah dengan Raja Silahi Sabungan.
Hubungan boru Miling-iling dengan Raja Silalahi Sabungan…
Kisah pernikahan boru Miling-Iling dengan Raja Silahi Sabungan sangat menarik. Dituturkan masyarakat bahwa sewaktu masih gadis, Boru Miling-Iling sakit berkepanjangan, sehingga Raja Narasaon membuat pengumuman bahwa barang siapa yang dapat menyembuhkan putrinya itu dari penyakitnya, akan diberi hadiah dengan menikahkannya kepada orang yang dapat menyembuhkannya.
Berita tersebut sampai ke telinga Raja Silahi Sabungan yang tinggal di sebelah barat Danau Toba. Diapun datang ke Sibisa dan ternyata dia dapat menyembuhkan penyakit Boru Miling-Iling tersebut. Janji harus ditepati, maka akhirnya Boru Miling-Iling dinikahkan dengan Raja Silahi Sabungan.
Keberadaan Makam boru Miling-Iling di tempat ini juga menarik untuk disimak karena biasanya dalam tradisi Batak, makam istri selalu bersama dengan makam suaminya. Makam Raja Silahi Sabungan berada di Kecamatan Silalahi, Kabupaten Dairi.
Di lokasi yang sama terdapat juga Makam Raja Sitorus dan istrinya Tapiomas Palakki boru Borbor. Raja Sitorus adalah anak dari Raja Mangatur, cicit dari Datu Pejel.
Makam Raja Toga Sirait dan istrinya Manota Lan boru Limbong, Raja Toga Sirait adalah anak dari Raja Mangatur, cicit dari Datu Pejel.
Makam Toga Butar Butar dan istrinya Ragi Oloan boru Sinaga, Raja Toga Butarbutar adalah anak dari Raja Mangatur, cicit dari Datu Pejel. Makam Toga Manurung dan istrinya Siampul Julu boru ni Borbor dan Sumaing boru ni Borbor di Onan Sampang.
Raja Toga Manurung adalah anak dari Raja Mangarerak, cicit dari Datu Pejel. Berikutnya adalah: Makam Manurung Hutagurgur ( cicit Datu Pejel), Makam Manurung Hutagaol (Cicit Datu Pejel), Makam Manurung Simanoroni (Cicit Datu Pejel). Semua makam-makam tertua ini berada di Desa Parsaoran Sibisa.
Semua makam leluhur keturunan Datu Pejel berada di Onan Sampang, Desa Parsaoran Sibisa. Fakta-fakta ini dapat menjadi dasar untuk merekomendasikan Desa Parsaoran Sibisa sebagai Wisata Leluhur.
Anderson Situmeang
Kepala Divisi Komunikasi Publik BPODT
1,656 total views