Toba Caldera Resort, Sibisa, 22386

Jl. Kapt. Pattimura No.125 Medan 20153 Sumatera Utara

info@bpodt.id

Toba : (0625) 41500 Medan: (061)450-2908

Narasi Toba, Narasi Dunia

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin

Panorama dari kawasan Tele, Kabupaten Samosir menunjukkan betapa indahnya lanskap Danau Toba dengan gugusan bukit hasil letusan ratusan ribu tahun yang lalu. (Mirzha Baihaqie)

Author: Bagus Akhiro

Toba lebih dari sekedar danau supervolcano yang memesona. Di baliknya, masih banyak misteri yang belum terkuak. Terbentuk dari narasi menakjubkan, letusan gunung Toba membentuk kaldera raksasa. Lalu secara alami terisi air dan bertranformasi menjadi Danau Toba.

 

Letusan Toba tercatat menjadi yang terkuat di bumi dalam dua juta setengah tahun terakhir. Kedahsyatannya menghancurkan peradaban. Bumi hampir seluruhnya tertutup debu. Puluhan ribu tahun berlalu jejak letusanya jadi surga penelitian studi geologi, sekaligus narasi mengagumkan untuk bumi.

***

Gelap Gulita

Pagi, Senin 10 Agustus 2020, 33 Km dari tepi terdekat gunung Toba yang tertidur, Gunung Api Sinabung di Kabupaten Karo meletus.Tinggi kolom abu mencapai 5000 meter. Masyarakat ketakutan. Beberapa kawasan, sejenak menjadi jadi kota mati.Warga mengurung diri, menghindari awan panas.

“Gelap gulita, seperti jam 12 malam” ujar Rina beru Tarigan (45) Petani kol, di Kecamatan Namanteran.

Saat Erupsi, Rina kebetulan sedang di ladang. Lututnya bergetar saat hendak lari. Jarak gunung dengan rumahnya berkisar 5 Km. Lumrah ia ketakutan, sejak 2013 erupsi Sinabung telah menelan 28 korban.

“Aku lari tergopoh-gopoh ke rumah, jarak rumahku ke ladang 200 meter. Suasana gelap gulita. Hujan debu juga terjadi,” ujarnya.

Selang 15 menit, Rina mengucap syukur. Awan hitam menghilang. Ia lalu bergegas mengecek ladangnya. Nahas, belum sampai ke lokasi, Rina ketar-ketir lagi.

Gunung Sinabung erupsi hingga puluhan kali dalam kurun waktu Agustus 2020. (Mirzha Baihaqie)

Sinabung kembali batuk. Meski kolom abu hanya 2000 meter, tapi arah angin menuju ladang dan rumahnya. Suasana kembali gelap. Rina terus berdoa supaya tidak terjadi apa-apa.

Setelah 30 menit, suasana kembali normal. Namun ladang kolnya rusak tertutup debu vulkanik. Padahal seminggu lagi ia panen. Menurut itung-itungannya ada 3 ton yang bisa dipanen.

Selain ladang milik Rina, lahan pertanian lainnya juga lulantah. Dinas Pertanian Karo, mencatat ada 1438 hektar yang rusak, dengan total kerugian Rp41 miliar

Bayangkan, hanya erupsi kecil Gunung Sinabung sudah begitu mengerikan. Bagaimana bila letusan Toba 74.000 tahun lalu terjadi hari ini ?

Sejarah mencatat, letusan Toba memuntahkan 2.800 km kubik magma. Craig Chesner,  Geolog dari Eastern Illionis University menyebut letusanya menimbun Samudara Hindia.

Muntahan material vulkanik Gunung Toba saat itu juga diperkirakan ribuan kali lebih dahsyat dari letusan Gunung Krakatau 1883, yang hanya 18 KM kubik. Menurut catatan Departemen Ilmu Geologi San Diego State University America, letusan dahsyat Krakatau, menewaskan sekitar 36.417 orang.

“Kita beruntung, pada saat meletusnya Gunung Toba, manusia belum seperti sekarang,”ujar Vice General Manager Toba Caldera Geopark Gagarin Sembiring.

Gagarin tak menampik dampak tebesar dari letusan Toba yang paling dirasakan berasal dari material vulkanikya. Pada saat itu ketebalan debu vulkanik sampai lapisan stratosfer, sehingga matahari tidak dapat menembus bumi. Alhasil dunia gelap gulita.

“Menurut literatur ada sekitar 6 tahun cahaya matahari tidak masuk ke bumi, hingga memengaruhi kehidupan flora dan fauna, bahkan manusia,” ungkap Gagarin.

Luasnya Danau Toba menjadi bukti dahsyatnya letusan demi letusan ratusan ribu tahun yang lalu. (Narendra)

Letusan Toba juga diperkirakan memicu badai debu selama 200 tahun di dunia. Adalah Gregory A Zielinki, Geolog dari Unversity Massachusetts yang menemukan Asam belerang seberat 2-4 megaton di inti es Greenland di awal tahun 1990.

Dari penelitian itu, ia memprediksi terjadi ledakan hebat pada periode 71.000- 75.000 lalu. Penemuan ini lalu dipublish dan memantik ahli geologi dunia mencari tahu muasal belerang itu.

“Dari penelitian itu akhirnya sampai ke Toba. Setelah dicek, ternyata material yang mereka kutip di kutub, sama dengan yang ada di Toba. Ini lah yang menyimpulakan letusan Toba sampai ke kutub,” ungkapnya.

Letusan Toba juga memutus mata rantai migrasi homo sapiens atau cikal bakal manusia modern. Mata rantai migrasi terputus saat letusan terjadi. Jumlah mereka yang awalnya puluhan ribu diprediksi tinggal 5 ribu saja.

Secara singkat, ujar Gagarin, Muasal letusan gunung Toba, karena Pulau Sumatera berada di ring of fire. Letusan Toba terjadi karena tempat bertemunya lempeng bumi Eurasia dan Indo-Australia.

Pertemuan itu, membentuk gesekan di kedalaman 150 km di bawah bumi hingga akhirnya naik ke atas dan menciptakan dapur magma. Lalu terjadi aktivitas tekto vulkanik yang secara bersamaaan menjadikan letusan dahsyat.

Geolog asal Belanda Van Bemmelen yang pertama menemukan teori bukti Danau Toba, merupakan kawah dari letusan Gunung Toba. Teori itu ditemukanya tatkala ia menyusuri Danau Toba 1939.

Sampai di sana, ia terkejut melihat daratan Danau Toba. Banyak ditemukan endapan batu vulkanik atau ‘ignimbrtite rocks’. Dari situ Van Bemmelen menyimpulkan kalau Danau Toba merupakan kawah gunung api rakasasa.

Van Bemmelen mengistilahkah Gunung Toba saat itu dengan sebutan Tumor Batak. Dari penelitianya, Gunung Toba bukan berbentuk kerucut seperti gunung umum pada umumnya.   Bentuk awalnya seperti kubah (dome), lalu meletus hebat dan menyebabkan tubuh gunung amblas dan menciptakan kaldera.

“Tumor Batak atau gunung berbentuk kubah dan memiliki energi yang besar, dibanding gunung berbentuk‘kerucut’,” ungkap Gagarin.

Hamparan sawah yang berada di lembah perbukitan Pulau Samosir. (Narendra)

Setidaknya ada 4 kali letusan Gunung Toba, sehingga Danau Toba berbentuk seperti sekarang.  Letusan pertama 1,2 juta tahun (Haranggaol Dacite Tuff/HDT) membentuk kaldera Haranggaol.

Letusan ke dua terjadi 840.000 tahun lalu dan disebut Oldest Toba Tuff (OTT). Letusan ini  menciptakan Kaldera Prapat dan Porsea.

Kemudian letusan 500.000 tahu lalu yang disebut Middle Toba Tuff (MTT). Gunung Toba  menjelma menjadi Kaldera Silalahi. Terakhir, adalah letusan 74.000 tahun lalu atau Youngest Toba Tuff (YTT).

“Letusan terakhir membentuk dan menyatukan lanskap yang kita kenal dengan Danau Toba,” ujar Gagarin

Apakah Toba bisa meletus lagi ?

Gagarin menjawab bisa saja terjadi, selagi bumi masih berputar. Namun, kilas balik dari letusan terakhir, terdapat selisih waktu 426 ratus tahun dari letusan ke tiga dan terakhir. Sejauh ini kata Gagarin dapur magma Toba memang masih aktif, namun energinya sangat  kecil. Dapur magma Toba yang terdeteksi berada di Gunung Pusuk Buhit.

“Sudah ditemukan ada sumber panas itu, energinya rendah sekali.Tapi magma yang energinya dulu yang menyebabkan supervolcano jauh di bawah permukaan. Jauh banget,” imbuhnya.

***

Geosite dan Ikan Emas.

Jejak letusan maha dahsyat Toba kini telah diresmikan UNESCO Global Geopark sebagai warisan dunia, 7 Juni 2020. Keunikan dari bio diversity, geo diversity dan culture diversity di Danau Toba jadi indikator penyematan gelar itu.

Untuk memperkenlakan kekayaan Toba. Pemerintah Indonesia menyiapkan 16 Geosite di 7 kota yang mengelilingi Danau Toba. Salah satu Geosite yang paling menarik perhatian adalah Geosite Sipinsur di Kabupaten Humbahas Hasundutan. Letaknya di Desa Pearung, Kecamatan Paranginan. Endapan debu vulkanik disana menyatu bersama cerita rakyat.

Jika hendak ke sana, paling dekat menggunakan pesawat ke Bandara Silangit, Tapanuli Utara. Hanya sekitar 30 menit dari Bandara Kualanamu. Sekitar 15 menit dari bandara tepatnya di tepi jalan Kecamatan Tapian Nauli, akan tampak perbukitan bekas letusan Toba 74.000 lalu.

Beranjak dari, Tapian Nauli 15 menit kemudian barulah tiba di Geosite Sipinsur. Berada di ketinggian  1234 Mdpl. Dari situ, bisa dibayangakan, betapa menakjubkan letusan Toba masa itu. Sejauh mata memandang yang tampak hanya birunya hamparan Danau Toba yang dihiasi gugusanya.

Tidak heran bila Toba dinobatkan sebagai danau kaldera terbesar di dunia. Luasnya 1.110 Km kuadrat, dengan titik terdalam diperkirakan lebih 500 meter

Dari Geosite Sipinsur, tampak gugusan yang berada di dekat bukit seperti  meyerupai ekor ikan. Dari berbagai literatur cerita rakyat, konon katanya di tempat inilah muasal Danau Toba.

Kisahnya, dahulu kala ada seorang pemuda bernama  Toba. Dia mendapat ikan emas besar saat memancing.

Saat dibawa ke rumah, ikan itu selain bisa bicara dan menjelma jadi wanita cantik. Toba lalu menikahinya. Syaratnya, apabila mereka punya anak, Toba tidak boleh menyebut asal usul istrinya.

Tibalah mereka dikarunia anak bernama Samosir. Karena tingkahnya, nakal. Toba menghardiknya. Toba menyebutnya sebagai anak ikan.

Samosir lalu mengadu ke ibunya. Seketika Sang Ibu murka dan menyuruh anaknya mencari tenpat paling tinggi, karena hujan badai akan terjadi. Badan itu akhirnya menenggelamkan Toba beserta daratan di sekelilingnya. Peritiwa ini yang disebut masyarakat awal mula Danau Toba.

Saat itu, istri Toba berubah kembali jadi ikan emas. Sedangkan dataran tinggi yang diinjak anaknya menjadi Pulau Samosir. Pulau berjuluk Negeri Kepingan Surga yang menjadi salah satu kabupaten di Sumatra Utara.

Dari sudut pandang Geologi, Samosir berasal dari endapan Danau Toba pasca letusan 74.000 tahun lalu. Kemudian terbentuk kaldera lalu terisi air.

“Kemudian setelah 35.000 tahun, endapan danau terangkat ke permukaan karena tekanan dapur magma aktif  (terjadi) dari bawah. Endapan terangkat ke atas dan jadilan Pulau Samosir seperti sekarang,”ujarnya

Jejak letusan Toba lainnya juga bisa dilihat di 15 geosite lainnya. Misalnya dapur magma yang masih aktif di Pusuk Buhit. Geosite lainnya pun punya histori menarik berkaitan dengan letusan Toba.

Geosite itu antara lain, Geosite Sipisopiso-Tongging di Kabupaten Karo, Geosite Silalahi-Sabungan di Kabupaten Dairi, Geosite Haranggaol dan Sibaganding di Kabupaten Simalungun. Selanjutnya di Kabupaten Toba Samosir ada Geosite Taman Eden, Batu Basiha-TB Silalahi-Balige dan Air Terjun Situmurun.

Lalu Geosite Hutaginjang dan Muara Sibandang di Kabupaten Tapanuli Utara. Setelah itu Geosite Sipinsur dan Bakkara-Tipang di Kabupaten Humbang Hasundutan, lalu Geosite Tele, Hutatinggi Sodihoni dan Ambarita-Tuktuk-Tomok di Kabupaten Samosir. Kemudian  Geosite terakhir danau sebagai pemersatu seluruh kabupaten di kawasan Danau Toba.

***

Misteri Yang Belum Terkuak

Gunung Toba belum terkuak seutuhnya. Kini masih meninggalkan misteri yang harus diteliti. Kata Gagarin, itu wajar saja terjadi. Pascameletus 74.000 tahun lalu Sumatera Utara menjadi yang terparah tertutup debu dibanding Samudra Hindia ataupun kutub utara.

“Ini salah satu sisi lain, kenapa kita sulit mengkspolarsi, sumber alam dipermukaan. Misalnya dari sisi tambang. Debu vulkanik yang menyelimuti Sumut, sangat tebal. Bahkan kita bisa diteksi ketebalanya sampi 500 meter. Sehingga kita heran, Aceh di Utara kaya SDA. Riau di Selatan kaya, misalnya minyaknya. Kita kok sepertinya kurang, ditengah ini, kayak di lewati,” ujar Gagarin.

Sedimen danau dengan struktur perlapisan seperti lapis legit di Geosite Huta Tinggi – Sidihoni. Struktur Pelapisan ini bukti sedimen danau sebelum terangkat (Arsip: Gagarin Sembiring)

Potensi dari dampak  letusan Toba belum terkuak seutuhnya lantaran kemampuan penelitian yang belum mumpuni. Selain potensi SDA yang belum terkuak. Masih banyak potensi dari letusan Toba yang terabaikan.

Padahal menurutnya, suburnya tanah di Sumut karena letusan Toba 74.000 tahun lalu. Lihat saja perkebunan yang terhampar di Sumut. Karet dan sawit bisa tumbuh subur. Begitupun komoditas lainnya. “Betapa kita harus bersyukur, terhadap Youngest Toba Tuff. Kopi yang kita banggakan sebagaian besar tumbuh dari situ, walaupun di beberapa tempat bervarisi, karena ada jenis batuan lain,” ujarnya.

Potensi Geopark menurutnya tidak seimbang. Sejauh ini  yang ditonjolkan di Danau Toba seolah hanya culture dan keelokan alam saja. Harusnya ketiga komponen yang menyertai UGG juga ikut dieksplore.

Menurut dia dari segi Geodiversity, Danau Toba  memiliki jenis produk yang berbeda baik dari produk letusan gunung Toba 800 ribu tahun, 500 ribu tahun, hingga 74.000 tahun lalu

“Batuan dasar sendiri, batuan beku muda sendiri.Itu semua kan, batuan beku magma. Itu semua memberi jenis keunikan tanah yang berbeda,” ujarnya.

Setiap produk letusan, memberikan keunikan tersendiri. Harusnya ada kajian yang menzonasi wilayah dengan keunikan tanamanya. Batuan pembentuk daratan menghasilkan tanah yang beragam dengan keunggulan masing-masing jenis tanaman.

“Kopi saja bisa kita zonasi. Kenapa beda kopi di Kabupaten Karo dengan Kabupaten Humbahas Hasundutan, beda dengan Kabupaten Dairi. Ini kan terkait dengan Geodiversity,” pungkasnya.

Narasi pembentukan Toba sebagai kaldera terbesar di dunia. Misterinya masih mengendap di balik keelokan lanskapnya.

 545 total views

Komblik BPODT
Komblik BPODT

Leave a Replay